1. Masuknya agama Islam di Indonesia
Warga
Belajar dan siswa--sekalian, pernahkah kalian mendengar cerita tentang
kapan agama Islam masuk ke kepulauan Nusantara dan apa sebabnya Islam
berkembang pesat serta mudah diterima oleh penduduk Indonesia? Perlu
Anda ketahui bahwa agama Islam masuk dan berkembang di Indonesia dengan
jalan damai dan tanpa kekerasan atau paksaaan.
Masuknya agama
Islam di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kegiatan pelayaran dan
perdagangan pada masa lampau. kalian Ingat bahwa kegiatan pelayaran dan
pedagangan di perairan nusantara telah berlangsung sejak awal tahun
Masehi. Pada waktu itu banyak pedagang dari India dan Cina yang
mengadakan hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Indonesia. Kegiatan
pelayaran dan perdagangan ini semakin hari semakin berkembang ramai.
Selanjutnya pada sekitar abad ke-7 dan 8 pedagang-pedagang Islam dari
Timur Tengah banyak yang datang berlayar ke selat Malaka hingga ke
perairan Nusantara kita. Pada masa itu di Indonesia telah berdiri
kerajaan terkenal bernama Sriwijaya. karena Sriwijaya ketika itu
merupakan bandar terbesar, tempat singgah dan bongkar muat barang-barang
dagangan yang dibawa para pedagang dari kepulauan Nusantara maupun dari
luar, maka kemungkinan besar termasuk para pedagang dari Timur Tengah
yang singgah pula di Sriwijaya. Oleh sebab itu para pedagang Islam yang
telah mengenal Sriwijaya menyebutkan Sriwijaya dengan istilah Zabag atau
Zabay.
Berkembangnya hubungan perdagangan antara
pedagang-pedagang Islam dengan pedagang-pedagang Indonesia membawa
pengaruh masuknya agama Islam ke Indonesia.
Pada umumnya para
pedagang Islam sambil berdagang mereka memperkenalkan atau mengajarkan
pula agama Islam kepada pedagang maupun penduduk setempat. Melalui
hubungan dagang inilah penduduk Indonesia mengenal ajaran agama Islam
untuk selanjutnya secara sadar mereka memeluk agama Islam.
Sekitar
abad ke - 11 Islam telah sampai pula di pulau Jawa. Keterangan ini
diperoleh berdasarkan bukti ditemukan sebuah batu nisan (makam) yang
bertuliskan huruf Arab. Batu nisan yang berangka tahun 1082 ditemukan di
Lereng (dekat Gresik). Tulisan pada batu nisan ini memuat keterangan
tentang wafatnya seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun.
Keterangan
lain tentang berkembangnya agama Islam di Indonesia bersumber dari
catatan perjalanan seorang yang bernama Marco Polo (1992). Dia adalah
seorang musafir dari Venesia, Italia. Dalam perjalanan menuju Tiongkok
(Cina yang ditempuh melalui laut, Marco Polo singgah di Aceh Utara. Dari
persinggahannya itu ia menceritakan bahwa di Perlak banyak penduduk
yang beragama Islam dan banyak pula pedagang dari Gujarat (India) yang
giat menyiarkan agama Islam.
Berdasarkan keterangan tersebut di
atas, jelas bahwa selain pedagang-pedagang dari Gujarat (India) yang
aktif menyiarkan agama Islam di kepulauan Nusantara. Perlu diketahui
bahwa pedagang-pedagang Gujarat sejak abad ke-10 telah menganut Islam.
Agama-agama
Islam mula-mula berkembang di kota-kota dagang atau disekitar bandar
tempat persinggahan pada pedagang Islam. Daerah yang mula-mula menjadi
daerah Islam adalah Perlak dan Samudra Pasai. Kemudian meluas ke pulau
Jawa seperti Gresik. Tuban, Demak, Cirebon dan Banten. Seharusnya ke
pulau lainnya (Maluku, Sulawesi, Kalimantan dan sebagainya).
2. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
Berkembangnya
agama Islam secara cepat dan meluas di Indonesia terutama di daerah
pesisir karena adanya kontak dagang antara pedagang Islam dengan
pedagang Indonesia. Para pedagang Islam dari Gujarat dalam menyiarkan
agama Islam dengan cara bijaksana dan tanpa paksaan atau kekerasan.
Sehingga banyak pedagang maupun penduduk Indonesia pada masal lampau
yang tertarik kepada Islam. Selain itu ajaran Islam tidak mengenal
kasta.
Makin kuatnya pengaruh Islam di kalangan penduduk
mendorong tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di kepulauan Nusantara.
Kerajaan-kerajaan Islam terkenal di Indonesia pada masa lampau dapat
dijelaskan di bawah ini.
a. Kerajaan Islam Samudra Pasai
Pada
abad ke-13 berdirilah kerajaan Islam pertama di Indonesia yaitu Samudra
Pasai. Pendiri kerajaan ini sekaligus menjadi raja pertama bernama
Sultan Malik al Saleh. Letak kerajaan berada di daerah Aceh Utara di
Kabupaten Lokseumawe.
Kemudian pada tahun 1297 Sultan Malik al
Saleh wafat untuk melanjutkan pemerintahan ia digantikan oleh putranya
bernama Sultan Mahmud. Pada tahun 1326 Sultan Mahmud juga wafat.
Selanjutnya pemerintahan kerajaan Islam Samudra pasai dipimpin oleh
Sultan Ahmad yang bergelar Sultan Malik Al Tahir. Pada masa pemerintahan
Sultan Ahmad, kerajaan Samudra Pasai mendapat kunjungan Ibnu Batuta,
utusan Sultan Delhi. Ibnu Batuta menceritakan bahwa Samudra Pasai
merupakan bandar utama pelabuhan yang sangat penting. Karena di
pelabuhan ini menjadi tempat bongkar muat barang-barang dagangan yang
dibawa oleh para pedagang dari dalam dan luar negeri (India dan Cina).
b. Kerajaan Islam Demak
Pada Abad ke-15 di Pulau
Jawa berdiri kerajaan Islam Demak. Demak merupakan kerajaan Islam
pertama di Pulau Jawa. Pendiri kerajaan ini bernama Raden Patah. Ia
sebenarnya adalah salah seorang bupati di kerajaan Majapahit yang
berkedudukan di Demak dan telah menganut Islam. Kekuasaan Majapahit
ketika itu sudah lemah. Keadaan ini mendorong Raden Patah untuk
mendirikan kerajaan Islam Demak. Dengan berdirinya kerajaan Islam Demak
berarti Raden Patah telah melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan
Majapahit. Berdirinya kesultanan Demak mendapat dukungan pula dari
daerah-daerah lain di Jawa Timur yang sudah Islam seperti Jepara. Tuban
dan Gresik.
 |
Masjid Demak |
Dalam
waktu singkat Demak telah berkembang menjadi sebuah kerajaan besar. Di
samping itu Demak menjadi pusat penyiaran agama Islam. Apalagi setelah
malaka Jatuh (dikuasai) oleh Portugis (1511), maka kedudukan dan peranan
Demak semakin penting.
Kedatangan penjajah Portugis di Malaka
mengundang ketidaksenangan Sultan Demak. Karena hal itu merupakan
ancaman pula terhadap kerajaan Demak. Pada tahun 1513 kerajaan Demak
mengirim armada tentaranya dipimpin oleh Pati Unus untuk mengusir
Portugis di Malaka mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan Potugis
memiliki armada lebih kuta dan lengkap.
Meskipun usaha untuk
merebut Malaka dari Potugis yang dilakukan Pati Unus mengalami
kegagalan, namun peristiwa ini patut dibanggakan karena mereka gagah
berani menghadapi bangsa penjajah.
Karena keberaniannya sebagai
panglima yang memimpin penyerangan ke Malaka Maka Pati Unus diberi gelar
Pangeran Sabrang Lor artinya Pengeran yang menyeberangi laut ke Utara.
Kemudian
pada tahun 1518 Raden Patah Wafat. Ia digantikan oleh putranya yaitu
Pati Unus. Pemerintahannya hanya berlangsug selama 3 tahun karena
setelah itu ia wafat. Selanjutnya kerajaan Islam Demak dipimpin oleh
Sultan Renggono, Adim Pati Unus.
Sultan Trenggono dikenal sebagai
raja yang tegas dan arif bijaksana. Karena itu pada masa
pemerintahannya Demak mencapai puncak kejayaan. Daerah kekuasaannya
meliputi Jawa Barat dan Jawa Timur.
Di bawah pemerintahan Sultan
Trenggono, Demak tetap antipati terhadap penjajah Potugis. Apalagi
Portugis terus meluaskan jajahannya hingga ke Jawa Barat. Pada tahun
1522 Portugis datang ke Sunda Kelapa, pelabuhan utama kerajaan
Pajajaran. Portugis menjalin kerjasama dengan raja Pajajaran dengan
membuat kesepakatan untuk menghadapi pasukan Islam Demak. Portugis
merencanakan mendirikan benteng di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1527
kerajaan Islam Demak mengirimkan tentaranya dipimpin oleh Fatahilah
untuk mengusir dan menghancurkan Potugis yang menduduki Sunda kelapa.
Fatahillah beserta tentaranya berhasil mengusir orang-orang Portugis dan
menguasai Sunda Kelapa. Kemudian oleh Fatahillah nama Sunda Kelapa
diganti menjadi Jayakarta artinya kemenangan. Sekarang Jayakarta menjadi
Jakarta.
Sementara itu Demak berhasil menguasai Jawa Timur.
Ekspedisi ke Jawa Timur ini dipimpin langsung oleh Sultan Trenggono.
Tetapi dalam serangannya ke Pasuruan Tahun 1546, Sultan Trenggono gugur.
Setelah
wafatnya Sultan Trenggono Timbullah pertentangan di kalangan keluarga
sendiri. Petentangan bersumber pada siapa yang berhak mewarisi kerajaan.
Berakhirnya kerajaan Islam Demak setelah Pangeran Adiwijoyo atau Joko
Tingkir berhasil mengalahkan Arya Penangsang suka bertindak
sewenang-wenang, sehingga banyak adipati yang menentang tindakannya
tersebut. Joko Tingkir kemudian memindahkan keraton Demak ke Pajang
(tahun 1568. Dengan demikian tamatlah riwayat Kerajaan Demak.
c. Kerajaan Islam Pajang
Pada
tahun 1568 berdiri kerajaan Islam Pajang. Pendiri kerajaan ini adalah
Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir. Ia berhasil mengalahkan Arya
penangsang raja Demak. Ia kemudian menindahkan pusat kerajaan dari Demak
ke Pajang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berdirinya kerajaan
Islam Pajang erat kaitannya dengan kerajaan Demak.
Sultan
Adiwijoyo atau Joko Tingkir adalah seorang yang suka menghargai
pendukung atau pengikut yang turut bertempur bersamanya sewaktu
menghadapi Arya Penangsang. Mereka yang telah berjasa oleh Sultan
Adiwijoyo diberi hadiah penghargaan. Kedua orang yang dinilai sangat
berjasa yaitu Kiai Ageng Pemanahan dihadiahi tanah di Mataram (sekitar
Kotagede, dekat Yogyakarta). Sedangkan Kiai Panjawi dihadiahi tanah di
Daerah Pati. Mereka sekaligus diangkat menjadi bupati di daerahnya
masing-masing.
Bupati Surabaya diangkat sebagai wakil raja yang memiliki daerah kekuasaan meliputi Sedayu, Gresik, Surabaya dan Panarukan.
Kiai
Ageng Pemanahan yang menjadi Bupati Mataram mempunyai seorang putra
bernama Sutowijoyo. Ia memiliki bakat di bidang kemiliteran. Sutowijoyo
lebih dikenal sebagai Senapti Ing Alaga (Panglima Perang). Karena itu
setelah Kiai Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575, pemerintahan
dilanjutkan oleh Sutowijoyo, putranya.
Dalam perkembangnya di
Pajang terjadi pergolakan hebat. Setelah Sultan Adiwijoyo wafat pada
tahun 1582, maka Arya Pangiri putra Sunan Prawoto (dari Demak) mencoba
merebut kekuasaan dari Pangeran Benowo yang ketika itu menjadi penguasa
Pajang menggantikan ayahnya, Sultan Adiwijoyo. pangeran Benowo meminta
bantuan Sutowijoyo dalam menghadapi Arya Pangiri. Perebutan kekuasaan
yang dilakukan Arya Pangiri tidak berhasil. Kemudian Pangeran Benowo
menyerahkan kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya yang bernama
Sutowojoyo karena tidak mampu lagi melanjutkan pemerintahan. Kemudian
oleh Sutowijoyo pusat pemerintahan dipindahkan ke Mataram. Dengan
demikian tamatlah kerajaan Pajang.
d. Kerajaan Islam Mataram
Pada
tahun 1586 berdiri kerajaan Islam Mataram. Pendiri kerajaan ini bernama
Sutowijoyo yang bergelar Panembahan Senopalti Ing Alaga Sayidin
Pantagama. Letak kerajaan ini berada
di Kotagede, Sebelah tenggara kota Yogyakarta. Ketika memerintah
dikerajaan Mataram, banyak bupati yang ingin melepaskan diri dari
kekuasaannya. Diantara para bupati yang ingin melepaskan diri dari
kekuasaannya adalah bupati Ponogorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan,
Surabaya, Cirebon dan Galuh. Namun upaya mereka untuk melepaskan diri
tidak behasil karena Sutowijoyo dikenal memiliki keahlian di bidang
kemiliteran berhasil mengatasi semua pemberontakan tersebut.
Kemudian
pada tahun 1601 Sutowijoyo wafat. Ia dimakamkan di kOtagede. Meskipun
demikian ia dinilai telah berhasil meletakan dasar-dasar yang kokoh bagi
kerajaan Mataram. Selanjutnya setelah Sutowijoyo wafat, kerajaan
Mataram diperintah oleh Mas Jolang atau Penembahan Seda ing Krapyak.
Pada
awal pemerintahan terjadi lagi pemberontakan-pemberontakan yang
masing-masing dilakukan oleh Demak dan Ponorogo. Tetapi Mas Jolang
berhasil memadamkan pemberontakan tersebut. Pemberontakan terhadapnya
tampaknya belum berakhir. Pda tahun 1612 Surabaya melakukan perlawanan.
Mas Jolang kemudian mengirimkan tentaranya berusaha menumpas
pemberontakan. Sementara upaya memadamkan pemberontakan terus
berlangsung dan belum berhasil dipadamkan, Mas Jolang wafat. Ia
dimakamkan di Kotagede.
Pengganti Mas Jolang bernama Adipati
Martapura. Tetapi penggantinya ini tidak mampu menjalankan tugas
pemerintahan karena keadaan fisik yang lemah serta sakit-sakitan.
Selanjutnya untuk meneruskan pemerintahan Adipati Martapura diganti oleh
Mas Rangsang. Ia ternyata orang kuat yang mampu memimpin pemerintahan.
Pada masa pemerintahannya kerajaan Islam Mataram mencapai kemajuan yang
pesat di bidang petanian, agama dan kebudayaan, Mataram ketika itu
merupakan kerajaan terhormat dan disegani tidak hanya di pulau Jawa,
tetapi juga di pulau-pulau lainnya.
Karya sastra berupa buku
berjudul Sastra Gending merupakan hasil karya yang ditulis oleh Mas
Rangsang sendiri. Wayang sebagai kesenian yang digemari rakyat
berkembang pesat pula.Pada masa pemerintahan Mas Rangsang (tahun 1633)
ditetapkan perhitungan tahun Islam didasarkan bulan. Oleh sebab itu Mas
Rangsang sebagai raja yang lebih terkenal dengan sebutan Sultan Agung.
e. Kerajaan Islam Cirebon
Pada
tahun 1522 berdiri kerajaan Islam Cirebon. Pendiri kerajaan yang
sekaligus menjadi rajanya bernama Fatahillah. Ia sangat berjasa dalam
mengislamkan Jawa Barat. Di bawah pemerintahannya kerajaan Islam Cirebon
mencapai kejayaan. Daerah kekuasaanya bertambah luas. Kerajaan Islam
Cirebon menjalin hubungan yang baik dengan kerajaan Islam Mataram. Pada
thaun 1570 Fatahillah wafat. Selanjutnya ia digantikan oleh putranya
bernama pangeran Pasarean. Dalam perkembangannya kemudian pada tahun
1679 kerajaan Islam Cirebon dibagi menjadi dua kerajaan yaitu Kasepuhan
dan Kanoman.
Pada masa tersebut kedudukan VOC di Batavia semakin
kuat. Mereka bermaksud meluaskan kekuasaannya ke Cirebon. Maka Belanda
dan VOC-nya mengatur siasat dengan menerapkan politik adu domba atau
Devide et Impera. Hal ini bertujuan untuk memperlemah kerajaan Islam
Cirebon. Kerajaan Islam Cirebon yang sudah dipecah menjadi dua, oleh
Belanda VOC dipecah lagi menjadi tiga masing-masing Kasepuhan, Kanoman
dan Kacirebonan.
Dengan terpecahnya kerajaan Islam Cirebon
menjadi tiga menyebabkan kerajaan Islam Cirebon semakin lemah
kedudukannya. Keadaan ini terus dimanfaatkan oleh Belanda dan VOC untuk
mengadu domba. Akhirnya padda abad ke-17 Cirebon berhasil dikuasai VOC.
f. Kerajaan Islam Banten
Pada
tahun 1552 berdiri kerajaan Islam Banten. Pendiri kerajaan ini bernama
Hasanuddin. Ia naik tahta menjadi raja di Banten setelah memperoleh
mandat dari ayahnya Fatahillah. Seperti telah kita ketahui bahwa
Fatahillah pada mulanya menguasai daerah Sunda Kelapa, Cirebon dan
Banten.
Hasanuddin seperti juga ayahnya, giat menyiarkan agama
Islam. Pada waktu itu kerajaan Pakuan Pajajran masih menganut agama
Hindu. Kerajaan Islam Banten di bawah pemerintahan Hasanuddin makin hari
makin kuat kedudukannya. Sementara itu kerajaan Pakuan makin terjepit
dan lemah. Meskipun demikian ia tidak memanfaatkan untuk menyerang
kerajaan Pakuan Pajajaran. Tetapi Hasanuddin meluaskan pengaruhnya ke
Lampung. Bahkan kemudian ia menikah dengan putri Sultan Indrapura. Oleh
mertuanya Hasanuddin dihadiahi tanah di daerah Selebar.
Setelah
Hasanuddin wafat digantikan oleh putranya bernama Pangeran Yusuf. Ia
meluaskan daerah kekuasaannya dan menaklukan Pakuan Pajaran (tahun
1579). Kemudian pada thaun 1580 Pangeran Yusuf wafat.
Setelah
wafatnya Pangeran Yusuf, Kerajaan Islam Banten dipimpin oleh Maulana
Muhammad. Pada tahun 1596 Maulana Muhammad berusaha meluaskan daerah
kekuasaannya dengan mencoba menaklukan Palembang yang ketika itu menjadi
saingan Banten di bidang perdagangan. Pada waktu itu Palembang
diperintah oleh Ki Gede Ing Suro yang berasal dari Surabaya. Palembang
nyaris jatuh ketangan Maulana MUahammad dan pasukannya. Tetapi karena
Maulana Muhammad gugur di tengah pertempuran, maka serangan dihentikan
dan tetara Banten ditarik mundur kembali ke Banten.
Setelah
Maulan Muhammad wafat timbul persoalan di kalangan kerajaan karena yang
seharusnya menggantikannya adalah putranya, Abdul Mufakkir. Tetapi pada
waktu itu Abdul Mufakkir baru berumur 5 bulan. Maka pemerintahan
sementara dipegang oleh seorang mangkubumi. DAlam perkembangannya
kemudian muncul orang kuat bernama Pangeran Ranamenggala yang
mengendalikan Banten mendampingi Abdul Mufakkir yang belum dewasa.
Renamenggala wafat tahun 1624.
Kejayaan kerajaan Banten
berlangsung sekitar tahun 1600. Pada waktu itu banten merupakan bandar
pelabuhan terbesar. Banyak pedagang dari dalam dan luar pulau Jawa
singgah untuk membeli maupun menjual lada, cengkeh, dan pala.
Kemunduran
kerajaan Islam Banten terjadi sejak masa pemerintahan Sultan Abdul
Mufakkir di mana Belanda terus melakukan blokade-blokade yang
mengakibatkan sempitnya ruang gerak kerajaan Islam Banten. Walaupun
demikian semangar rakyat Banten yang anti penjajah Belanda tetap
menyala.
g. Kerajaan Islam Ternate dan Tidore
Pada
abad ke-13 di Maluku telah berdiri beberapa kerajaan seperti ternate,
Tidore, Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan-kerajaan tersebut, ternyata
kerajaan ternate dan Tidore yang berkembang lebih maju. Hal ini
disebabkan hasil buminya yang berupa rempah-rempah terutama cengkeh.
Banyak pedagang dari kepulauan Nusantara dan Timur tengah yang pergi
berlayar ke Ternate. Para saudagar membawa barang-barang dagangan berupa
pakaian, beras dan sebagainya untuk dipertukarkan dengan rampah-rempah.
Pada
abad ke-14 agama Islam berkembang pesat di Ternate. Dalam
perkembangannya kemudian Ternate berubah menjadi kerajaan Islam.
Kerajaan ini dipimpin oleh Sultan Harun. Pada masa pemerintahannya
orang-orang Portugis banyak yang datang berdagang di Maluku. Tetapi
mereka sering berbuat onar seperti melakukan monopoli dagang secara
paksa, bertindak sewenang-wenang, mencampuri urusan pemerintahan dalam
negeri. Akibatnya sering terjadi pertempuran antara penduduk Maluku
dengan orang-orang Portugis. Akhornya pada tahun 1570 Portugis dengan
Sultan Ternate sepakat untuk melakukan perjanjian damai melalui
perundingan. Tetapi Portugis menipu Sultan Harun sewaktu berada dalam
perundingan, ia pun dibunuh oleh orang Portugis atas suruhan gubernur
mereka.
Setelah Sultan Harun wafat, ia digantikan oleh putranya
bernama Sultan Baabullah. Peristiwa pengkhiantan keji Portugis terhadap
Sultan Harun menimbulkan kemarahan rakyat Maluku. Terlebih lagi Sultan
Baabullah sebagai putranya. Ia bersumpah akan membalas dendam kematian
ayahnya dengan mengenyahkan orang-orang Portugis dari bumi Maluku. Denan
semangat yang membara Baabullah memimpin pasukannya bertempur melawan
terntara Portugis. Perang berkobar selama 4 tahun lamanya (1570-1574.
Akhirnya benteng Portugis di Ternate berhasil dikuasai Baabullah dan
pasukannya. Orang-orang Portugis yang masih hidup menyerah. Kemudian
mereka diperintahkan dengan segera angkat kaki dari Maluku khususnya
Ternate. Sehak itu daerah Maluku Utara bersih, tidak diganggu lagi oleh
orang-orang Portugis. Pada masa pemerintahannya kerajaan Islam Ternate
mencapai zaman kejayaannya.
Sementara itu di kerajaan Tidore
agama Islam pun bekembang pesat. Seperti halnya Ternate, kerajaan Tidore
berubah menjadi kerajaan Islam Tidore yang dipimpin oleh sultan Tidore.
Kedua kerajaan ini pada mulanya hidup berdampingan secara damai, saling
menghormati kedaulatan masing-masing. Tetapi oleh bangsa Portugis dan
Spanyol kedua kerajaan ini diadu domba. Sehingga nyaris terjadi
petentangan yang menjurus perang. Untung saja kedua pimpinan kerajaan
menyadari hal ini. Mereka tidak mau diadu domba dengan bangsa sendiri.
Kemudian kerajaan ini bersatu, bahu-membahu dalam menghadapi Portugis.
h. Kerajaan Islam Makassar
Pada
abad ke-16 di Sulawesi Selatan telah berdiri beberapa kerajaan seperti
Gowa, Bone, Wajo, Luwu, dan Soppeng. Dalam perkembangannya kerajaan Gowa
dan Tallo mengalami kemajuan yang lebih pesat dibandingkan yang
lainnya. Hal ini disebabkan letak kerajaan ini sangat strategis dan
menguntungkan yakni terletak di tengah-tengah lalu-lintas pelayaran
antara Malaka dan Maluku. Kedua kerajaan yaitu Gowa dan Tallo, yang
rajanya telah menganut agama Islam bersepakat menyatukan kerajaan mereka
menjadi kerajaan Islam Makassar. Rajanya bernama Sultan Alauddin. Ia
semua bernama Daeng Manrabia, raja Gowa. Sedangkan Mangkubumi bernama
Sultan Abdullah. Ia semua bernama karaeng Matoaya, raja Tallo.
Disamping
memimpin pemerintahan, raja dan mangkubumi kerajaan Islam Makassar
tersebut sangat giat pula dalam menyiarkan agama Islam. Oleh karena
usahanya itu, Maka Makassar menjadi sebuah kerajaan Islam yang sangat
kuat. Daerah kekuasaanya tidak hanya meliputi sebagian besar Sulawesi
dan Pulau-pulau sekitarnya, melainkan juga sampai di bagian timur Nusa
Tenggara.
Kerajaan Islam Makassar mencapai puncak kejayaannya
ketika diperintah Sultan hasanuddin berkuasa (tahun 1654-1669). Ia
adalah salah seorang cucu Sultan Alauddin, pendiri kerajaan Islam
Makassar. Sultan Hasanuddin terkenal sangat gigih dalam menentang
penjajah Belanda. Ketika Belanda dengan VOC-nya meminta kepada Sultan
Hasanuddin agar melarang rakyatnya berdagang di Maluku, karena hal itu
dianggap pelanggaran monopoli. maka Sultan hasanuddin dengan tagas
menjawab: "Tuhan menciptakan dunia ini untuk kebahagiaan sekalian umat
manusia. Ataukah tuan menyangka bahwa Allah mengecualikan pulau-pulau
Maluku yang jauh dari tempat bangsa tuan ini semata-mata untuk
perdagangan tuan".
Penjajahan belanda terus berupaya untuk
menaklukan Sultan Hasanuddin. Pada waktu itu sedang terjadi perselsihan
antara Sultan Hasanuddin dengan Aru Palaka, raja Bone dan Soppeng.
Keadaan ini dimanfaatkan Belanda dengna menerapkan politik adu domba.
Belanda dalam hal ini memihak Aru Palaka dan secara bersama memerangi
Sultan Hasanuddin. Kemudian berkobar pertempuran hebat (tahun 1666-1669)
antar Belanda (VOC) beserta Aru Palaka di satu pihak dengan Sultan
Hasanuddin, dan Malaka Sultan Hasanuddin terdesak dan Makasar hampir
jatuh ke tangan Belanda. Akhirnya Sultan Hasanuddin bersedia membuat
perjanjian damai yang dikenal dengna perjanjian Bongaya (1667).
Walaupun
perjanjian telah disepakati, namun Belanda yang licik selalu melanggar
perjanjian dengan bertindak sewenang-wenang. Hal ini membangkitkan
kembali kemarahan Sultan Hasanuddin. Kemudian ia mengangkat senjata
kembali memerangi Belanda.
Dalam peperangan ini Sultan Hasanuddin
mendapat tekanan hebat dari pasukan Belanda, maka akhirnya pada tahun
1669 Sultan Hasanuddin terpaksa menyerah dan Makassar pun dikuasai
penjajah Belanda. Meskipun demikian dalam diri orang-orang Makassar
tetap tumbuh semangat anti penjajahan. karena itu banyak diantara merek
yang pergi merantau ke Madura, Banten dan sebagainya membantu
daerah-daerah yang masih berperang melawan Belanda.